Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2009

Revitalisasi Museum Yogyakarta

Oleh Agus Wibowo Dimuat Harian Suara Merdeka Edisi Rabu, 25 Maret 2009 YOGYAKARTA merupakan satu-satunya kota di Indonesia, yang mendapat gelar The League of Historical Cities bersama 88 kota besar bersejarah seperti Kyoto, Paris, London, Boston, dan sebagainya. Gelar itu diberikan lantaran Yogyakarta kaya akan situs atau peninggalan masa lalu, yang unik dan khas. Misalnya seni arsitektur tempat tinggal, benteng, keraton, sistem perkampungan, fasilitas ekonomi (pasar), alat transportasi, makanan (kuliner), bahasa, dan lain-lain. Sebagian besar peninggalan bersejarah itu, disimpan dalam museum yang tersebar di berbagai penjuru kota; antara lain Museum Sonobudoyo, Museum Perjuangan, Monumen Yogya Kembali, Museum Benteng Vredeburg, dan Museum Wayang. Karena banyak museum itu pula, Yogyakarta kemudian diberi julukan Kota Museum. Pertanyaan yang muncul kemudian, apakah dengan penyandangan predikat Kota Museum itu apresiasi masyarakat pada sejarah menjadi semakin baik? Apakah sudah timbul ke

Politisi Perlu Sastra

Oleh Agus Wibowo Dimuat Harian Lampung Pos Edisi Minggu, 22 Maret 2009 "Selain politik, politisi dan pemimpin juga perlu mendalami sastra. Politisi akan memiliki imajinasi dan ketajaman visi yang dibutuhkan untuk merancang masa depan bangsa." ----- ------ Kemenangan Andre Carson, senator AS dari Partai Demokrat belum lama ini, mengundang decak kagum banyak pihak. Politisi dengan rekam jejak santun dan beretika itu ternyata penggemar berat sastra, khususnya puisi. Konon, kecintaan Carson pada sastra berawal ketika neneknya memberikan antologi puisi karya Jalaludin Rumi, ulama Sufi abad 13 dari Persia. Carson juga sejak kecil membaca kitab Injil, Talmud, dan Bhagavad Gita. Beberapa presiden AS sebelumnya juga merupakan penulis puisi, penyair, atau setidaknya apresiator sastra ulung. Misalnya, mantan Presiden Abraham Lincoln yang dijuluki "sang penyair ulung". Persahabatan sang presiden dengan penyair Walt Whitman memberi nuansa antiperbudakan dan semangat demokrasi se

Memberdayakan Perpustakaan Desa

Oleh Agus Wibowo Dimuat Harian Suara Merdeka Edisi 3 Maret 2009 LANGKAH kreatif Perpustakaan dan Arsip Daerah (Perpusda) Karanganyar memberdayakan perpustakaan desa (perpusdes) di wilayahnya, patut disambut positif. Itu artinya, stakeholder —dalam hal tersebut Perpusda Karanganyar— memiliki kepedulian terhadap pertumbuhan perpusdes, sekaligus mendorong tumbuhnya budaya baca di masyarakat. Guna merangsang pengelola perpusdes, Perpusda Karanganyar melakukan kegiatan rutin berupa lomba. Melalui lomba itu, diharapkan muncul terobosan atau ide-ide kreatif dari setiap perpusdes, sehingga nantinya bisa menjadi percontohan bagi daerah-daerah lain. Upaya Perpusda Karanganyar itu, tentu saja patut dicontoh dan diikuti oleh daerah-daerah lain di Jawa Tengah (Jateng) maupun Yogyakarta (DIY). Sebab, sampai sekarang peran perpusdes di kedua daerah itu kurang optimal. Bukan hanya dari segi kuantitas —yang tidak sebanding dengan luas wilayah kerjanya—, melainkan juga berkait dengan kualitas dan berbag