Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2007

Titik-Temu Sastra dan Sains

Dimuat Harian Seputar Indonesia (SINDO) Edisi Minggu, 16/12/2007 Sastrawan IA Richard dalam bukunya, Peotries and Science (1926) menyatakan bahwa masyarakat modern bakal mengkaji sastra secara serius layaknya kitab suci.Hal ini lantaran krisis spiritualitas dan dahaga batiniah akut yang mereka alami. Agama yang selama ini dijadikan rujukan utama, kurang mampu diterjemahkan dalam kehidupan (terlampau melangit). Sementara sains dan teknologi yang juga dipuja-puja, hanya menawarkan kesenangan materialis-hedonis—yang jelas tidak mengobati derita batin tersebut. Pada situasi kritis ini, sastra menjelma dan menjembatani keduanya (agama dan sains). Dengan unsur estetis, filosofis, dan imajinatifnya, sastra layaknya oase di tengah gurun pasir yang gersang dan tandus. Sastra dengan unsur imajinatifnya, ternyata juga memberi inspirasi manusia untuk berkarya sekaligus menyuplai energi spiritual bagi kehidupan. Betapa pentingnya unsur imajinasi dalam karya sastra,sampai-sampai seorang Einstein— ya

Tafsir Kontekstual Haji dan Kemiskinan

Dimuat Harian Joglosemar, Edisi Rabu, 12-12-2007 M enurut data Departeman Agama RI, sebanyak 193.429 jamaah calon haji biasa dan 16.293 jamaah calon haji khusus dari Indonesia telah berangkat ke Makkah dan Madinah pada musim haji tahun 2007. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, jamaah haji kita kembali menempati urutan pertama sebagai jamaah haji terbesar di dunia.Secara kuantitatif, fenomena haji tahun ini cukup menggembirakan. Artinya, meski didera bencana yang sambung-menyambung, berbagai kecelakaan moda transportasi maupun krisis semenjak medio 1997, umat muslim kita masih sempat memenuhi panggilan Allah SWT untuk menunaikan ibadah haji. Fenomena ritualistik ini juga memberikan kesan bahwa masyarakat muslim di Indonesia, merupakan masyarakat yang taat beragama, sekaligus individu-individu yang saleh. Keadaan ini idealnya membidani kelahiran realitas dan tatanan sosial yang shaleh pula. Akan tetapi, kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya. Praktek kehidupan masyarakat justru memperl

Siklus Pendidikan; Gelar Diganti Kompetensi

Dewasa ini, animo masyarakat pada dunia pendidikan cukup menggembirakan. Terbukti, ratusan bahkan ribuan calon siswa atau mahasiswa menyerbu institusi pendidikan saban tahun ajaran baru. Tradisi ini seakan-akan tak terpengaruh oleh kondisi carut-marut sosial, budaya, politik, moral, maupun jeratan krisis ekonomi yang menghimpit bangsa ini semenjak medio 1997. Para orangtua tetap kukuh untuk menyekolahkan putra-putrinya. Tekad para orangtua bahkan tidak semakin surut tatkala mendengar berbagai pemberitaan meningkatnya angka jumlah pengangguran di Indonesia. Padahal, jumlah pengangguran tersebut didominasi oleh lulusan institusi pendidikan baik lulusan Sekolah Dasar (SD), sekolah menengah maupun perguruan tinggi (PT), dengan gelar Diploma (DIII), Sarjana (S1), maupun Magister (S2). Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), hingga Pebruari 2007 jumlah pengangguran mencapai 10, 55 juta jiwa, di mana 75 % berasal dari perguruan tinggi (Diploma, Sarjana dan Magister), sementara sisanya

Menegaskan Kembali Kebenaran Agama Islam

Dimuat Majalah Suara Muhammadiyah N0 23/1-15 Desember 2007 Kebenaran doktrin agama Islam kembali diusik; dan ketenangan beragama umat pun terganggu. Pasalnya, Ahmad Moshaddeq dengan aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah-nya, memproklamirkan dirinya sebagai nabi dan rasul, menggantikan Muhammad saw. Ia mengaku menerima wahyu dari Allah saat bertapa di Gunung Bunder selama 40 hari 40 malam. Melalui buku “Tafsir wa Ta’wil”, Ruhul Qudus yang Turun Kepada Al-Masih Al-Maw’ud(2007) Moshaddeq menyampaikan beberapa ajaran yang membuat gerah umatIslam. Sehingga, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa melalui keputusan nomor 4 tahun 2007, yang menyatakan Al-Qiyadah Al-Islamiyah sebagai aliran sesat. MUI juga meminta pemerintah agar melarang penyebaran paham baru tersebut, serta menindak tegas pemimpinnya.Gayung pun bersambut. Sejumlah ormas Islam semisal Muhammadiyah, NU, FPI dan sebagainya mendukung fatwa MUI tersebut. Puncaknya, Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan keputusan untuk membubarka